MAKALAH STUDI AL QURAN
PENGERTIAN AL-QUR’AN dan ASBABUN NUZUL
![Description: D:\kuliah\images.jpg](file:///C:%5CUsers%5CNIEDA%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_image002.jpg)
Di susun oleh:
Ø Nida’an Akhsanah (D75214044)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
A.
LATAR BELAKANG
Agama
islam, agama yang kita anut dan juga seluruh umat dipenjuru dunia adalah agama
yang damai, agama yang suci.Untuk mengetahui ajarannya kita tak bisa terlepas
dengan al qur’an.sebagaiwahyu terakhir atau penutup yang diberikan kepada nabi
Muhammad yang disampaikan melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada
umatnyasebagai pedoman bagi umat islam.
Meskipun
berbahasa arab, baik tulisan maupun lisan al qur’an bukanlah kitab dan petunjuk
bagi orang arab saja, melainkan menjadi rujukan bagi umat Islam sedunia. Al
qur’an merupakan petunjuk tentang segala
persoalan yakni hubungan manusia dengan Allah ataupun manusia dengan sesamanya,
bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Jika kita cermati beberapa ayat
al qur’an menjelaskan bahwa al qur’an diturunkan dijadikan petunjuk bagi
manusia, apabila terjadi pertentangan diantara kita maka hendaknya dikembalikan
pada al qur’an.
Al
qur’an merupakan pembenar dari kitab-kitab terdahulu yang masih terjaga
keasliannya sampai sekarang yang murnisesuai dengan apa yang diajarkan Nabi
Muhammad SAW kepada para sahabatnya, yang didalamnya terdapat begitu banyak
hukum, ajaran dan pengetahuan tentang dunia islam. Al qur’an juga merupakan landasan hukum atau sumber hukum dari segala
hukum umat islam,.
” Kitab (Al
Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”
(QS. Al-baqarah:2)
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Al-Qur’an?
2.
Apa itu Asbabun Nuzul?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut pemikiran Djalal, yakni masdar yang maknanya
dianggap sinonim dengan qira’ah yang disandarkan pada ayat 17-18 surah
Al-qiyamah.[1]
Secara etimologis menurut Al-Lihyani Al-Qur’an adalah bentuk masdar yang
semakna dengan qira’atan, ikut wazan fu’latan yang mempunyai arti kumpul
atau menjadi satu, sebab huruf-huruf Al-Qur’an kumpul menjadi satu dalam satu
mushaf. Adapun secara termitologis yakni kalam Allah yang mu’jiz, diturunkan
kepada Nabi, diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam satu mushaf,[2]
dan membacanya bernilai ibadah. Menurut Az Zajjaj, kata Al-Qur’an berasal dari
kata al-qar’u yang berarti himpunan. Hal itu berdasarkan kenyataan bahwa
AL-Qur’an telah menghimpun inti kitab-kitab suci terdahulu.[3]
Ash Shafi’i berpendapat, bahwa kata al qur’an merupakan nama diri yang diberikan
oleh Allah kepada kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
sebagaimana dengan kenamaan kitab taurat, zabur, inji. Dengan demikian, ia
bukan merupakan kata bentukan (mustaq) dari kata tertentu[4].
Peneliti dari barat Philip
K. Hitti, mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang paling banyak dibaca
sepanjang sejarah umat manusia.[5]
Al-Qur’an juga merupakan satu-satunya kitab yang terus-menerus dihafal oleh
ratusan ribu manusia. Baik mereka yang yang mengerti bahsa arab maupun yang
sama sekali tidak pernah belajar bahasa arab.
2.
Proses turunnya Al-Qur’an kepada
Nabi Muhammad SAW.
Turun artinya
bergerak ketempat yang lebih rendah daripada tempat semula. Dalam hal ini turun
dalam pengertian kedua adalah yang lebih tepat untuk memahami turunnya wahyu
Allah kepada Nabi Muhammad saw.[6]
Proses turunnya
wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw. hanya diperoleh dari keterangan
Rasulullah saw. Karena pengetahuan seprti ini tidak bisa dinalar oleh akal dan
ditangkap oleh pancaindra manusia.
Beberapa hadits
menjelaskan proses turunnya Al-Qur’an, diantaranya hadits yang diriwayatkan
oleh Ibn’Abbas berikut.
“Al-Qur’an
diturunkan secara keseluruhan pada lailatul qadar ke langit dunia, yaitu pada
posisi bintang-bintang. Lalu Allah menurunkannya kepada Rasulullah saw sebagian
demi sebagian (secara berangsur-angsur)”
Berdasarkan
keterangan Ibnu ‘Abbas tersebut, Allah Swt. Menurunkan Al-qur’an melalui dua
tahapan.
1.
Allah menurunkan Al-Qur’an secara
keseluruhan di Bait Al-‘Izzahdilangit dunia.
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ
الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil).” (QS. Al Baqarah: 185)
2.
Allah menurunkan Al-Qur’an dari Bait
Al-‘Izzah kepada Nabi Muhammad saw. Dengan perantara malaikat Jibril a.s. secara berangsur-angsur selama kurang lebih
dua puluh tiga tahun.[7]
وَإِن كُنتُمْ
فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُواْ بِسُورَةٍ مِّن
مِّثْلِهِ وَادْعُواْ شُهَدَاءكُم مِّن دُونِ اللّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.”(QS. Al Baqarah:23)
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.”(QS. Al Baqarah:23)
3. Proses penyimpanan Al-Qur’an
Yang
dimaksud dengan proses penyimpanan ini adalah proses pemeliharaan Al-Qur’an
semenjak diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad saw., proses penyimpanan
ada dua macam, yaitu penyimpanan Al-Qur’an dalam ingatan atau hafalan manusia
yang dimulai dari diri nabi sendiri dan penyimpanan Al-Qur’an melalui media
alat tulis yang juga bermula dari perintah Nabi saw.
1.
Proses penyimpanan Al-Qur’an dalam
hafalan
Pada awal turun
Al-Qur’an sampai sekarang, bangsa Arab dikenal sebagai bangsa yang amat kuat
hafalannya. Selain kehidupan mereka yang sederhana, mereka juga sangat
menghargai karya sastra.
Setiap ayat
Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah sa., beliau segera berusaha
menghafalkannya, terkadang ketika malaikat Jibrilbelum selesai membacakan
ayat-ayat yang dibawanya, Rasulullah saw., sudahberusaha melafazkannya.
Setiap kali
Nabi saw selesai menerima wahyu, beliau memanggil para sahabat untuk
menyampaikan wahyu yang baru saja diterimanya. Banyak diantara sahabat
melalukan hal sama seperti yang dilakukan Nabi saw.
Kegiatan
menghafal Al-Qur’an tidak berhenti pada masa Rasulullah saw dan masa sahabat,
bahkan kegiatan ini telah menjadi tradisi umat islam yang diwariskan dari
generasi ke generasi.
2.
Proses penyimpanan Al-Qur’an dalam
bentuk tulisan
Selain
tersimpan dalam hafalan manusia, Al-Qur’an juga tersimpan dalam bentuk tulisan.
Setiap kali menerima wahyu Rasulullah saw memanggil para juru tulis, seperti
Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalibdan Ubai bin Ka’ab. Kemudian beliau
memerintahkan mereka untuk menuliskan wahyu tersebut. Karena waktu itu belum
ada kertas, pena, mesin ketik, apalagi komputer dan printer, Rasulullah saw
memerintahkan para juru tulisnya untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an
menggunakan alat tulis yang ada pada waktu itu, seperti pelepah kurma,
lempengan bata, kulit binatang yang telah disamak, atau tulang-tulang binatang.[8]
Para sahabat
tidak diperintahkan untuk menuliskan Al-Qur’an, tetapi mereka berinisiatif
menulis ayat-ayat Al-Qur’an untuk diri mereka sendiri.[9]
4. Usaha menjaga autentitas Al-Qur’an sejak
dulu hingga sekarang
Berikut
ini adalah usaha-usaha yang dilakukan umat Islam dalam menjaga keaslian
Al-Qur’an:
1.
Rasulullah saw memanggil para juru
tulisnya setiap kali turun ayat Al-Qur’an, lalu meminta para juru tulis itu
untuk menyimpan catatan mereka, demikian seterusnya hingga beliau wafat. Dengan
demikian, Al-Qur’an telah selesai ditulis saat Rasulullah saw masih hidup.
2.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar,
atas inisiatif Umar, khalifah membukukan Al-Qur’an yang sebelumnya telah
ditulis oleh para sahabat sejak Rasulullah saw masih hidup. Dalam hal ini Abu
Bakar telah membuat mushaf Al-Qur’an yang pertama dalam Islam.
3.
Pada masa pemerintahan Usman bin
Affan, atas desakan para sahabat yang lain, ia mengadakan verifikasi ulang
dalam rangka pembukuan Al-Qur’an yang kedua. Setelah mencocokkannya dengan
mushaf Al-Qur’an yang disusun pada masa Abu Bakar. Usman memerintahkan untuk
memperbanyak jumlah mushaf standar itu, lalu mengirimkannya keberbagai negara
yang disertai oleh seorang qari’, mengingat pada masa itu belum dikenal tanda
baca yang berupa titik dan harakat (baris). Dengan demikian, Usman adalah orang
yang pertama kali menyebarkan mushaf standar beserta cara membacanya yang
menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia.
4.
Adanya Lembaga Pentashih Al-Qur’an
yang bertugas memeriksa setiap kali ada pencetakan dan penerbitan Al-Qur’an.
5. Pengertian Asbabun Nuzul
Menurut
bahasa (etimologi) asbab an nuzul berasal dari kata asbab jamak
dari sababa yang artinya sebab-sebab dan nuzul yang artinya
turun. Yang dimaksud disini adalah ayat Al-Qur’an. Asbab an nuzul adalah suatu
peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat-ayat Al-Qur’an, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Menurut
istilah atau secara terminologi, asbab an nuzul memiliki banyak pengertian.
a.
Pendapat Subhi As-Salih
“asbab an nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu
atau beberapa ayat Al-Qur;an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai
respons atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika perristiwa
itu terjadi”[10].
b.
Pendapat Manna ‘Al Qattan
“asbab an nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya
Al-Qur’an. Berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu
kejadian maupun berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi”.[11]
Intinya asbab an nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar
belakangi turunnya ayat Al-Qur’an yang bertujuan menjawab, menjelaskan, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
6. Macam – macam Asbab an Nuzul
a.
Dilihat dari sudut pandang redaksi
yang digunakan dalam riwayat asbab an nuzul
1.
Sarih (jelas)
Artinya riwayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbab an nuzul
dengan indikasi menggunakan lafaz (pendahuluan)
Sebab turun ayat ini adalah............
Rasulullah pernah ditanya tentang......... maka turunlah ayat.....
2.
Muhtamilah (masih kemungkinan atau
belum pasti)
Riwayat belum dipastikan sebagai asbab an nuzul karena masih
terdapat keraguan.
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan.........
Saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan.........
b.
Dilihat dari sudut pandang terbilangnya
asbab an nuzul dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Beberapa sebab yang hanya
melatarbelakangi turunnya satu ayat.
2.
Satu sebab yang melatarbelakangi
turunnya beberapa ayat.
7. Kegunaan Asbabun Nuzul
a. mengetahui hikmah
diundangkannya suatu hukum dan perhatian syarak terhadap kepentingan umum dalam
menghadapi segala peristiwa.
b. membatasi hukum yang
diturunkan dengan asbab yang terjadi, bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk
umum.
c. cara terbaik memahami
makna Al-Qur’an dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang
tidak dapat di tafsirkan.
d. dapat menerangkan sebab
ayat itu diturunkan.
D.
KESIMPULAN
Al-Qur’an
adalah wahyu terakhir atau penutup yang diberikan kepada nabi Muhammad yang
disampaikan melalui malaikat Jibril yang diriwayatkan dengan cara mutawatir
untuk disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman bagi umat islam, sebagai
pembenar dari kitab – kitab terdahulu. Al-Qur’an di turunkan dalam dua tahapan
1)secara keseluruhan 2)secara berangsur-angsur. proses penyimpanannya ada dua
macam, yaitu penyimpanan Al-Qur’an dalam ingatan atau hafalan manusia yang
dimulai dari diri nabi sendiri dan penyimpanan Al-Qur’an melalui media alat
tulis yang juga bermula dari perintah Nabi saw.
Ø
Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menjaga keauntisitas Al-Qur’an: 1) Rasulullah saw memanggil para juru tulisnya
setiap kali turun ayat Al-Qur’an. 2) Abu Bakar membuat mushaf Al-Qur’an yang
pertama dalam Islam. 3) pada masa Usman bin Affan adanya kegiatan memperbanyak
jumlah mushafbeserta cara membacanya yang menjadi rujukan umat Islam di seluruh
dunia. 4) Adanya Lembaga Pentashih Al-Qur’an.
Asbab an nuzul adalah suatu peristiwa yang menyebabkan turunnya
ayat-ayat Al-Qur’an, baik secara langsung maupun tidak langsung atau kejadian
atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat Al-Qur’an yang bertujuan
menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
kejadian tersebut. Macam-macam asbab an nuzul 1)sarih. 2)muhtamilah.beberapa
kegunaan asbab an nuzul 1)cara terbaik memahami makna Al-Qur’an dan menyingkap
kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat di tafsirkan.
2)dapat menerangkan sebab ayat itu diturunkan.
[1]Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, n.d.,
4.
[2]Ibid.
[3] subhi as-salih, Mubahith Fi 'Ulum Al-Qur'an,
n.d., 18–19.
[4] as-suyuti, Al-Itqan Fi 'Ulum Al-Qur'an,
n.d., 52.
[5] philip k. hitti, History of the Arabs,
n.d., 158.
[6] muhammad ’abdul ’azim az-zarqani, Manahil
Al-’Iran Fi 'Ulum Al-Qur'an, n.d., 42–44.
[7] ahmad syadali dan ahmad rofi’i, 'Ulumul
Qur'an, n.d., 42.
[8] muhammad b and ’isa abu ’isa at-tirmizi, Al-Jami’
as-Sahih Sunan at-Tirmizi, n.d., 2915.
[9] manna’ al-qattan, Mubahis Fi 'Ulum
Al-Qur'an, n.d., 123–125.
[10] subhi as-salih, Mubahis Fi 'Ulum
Al-Qur'an, n.d., 132.
[11] manna’ al-qattan, Mubahis Fi 'Ulum
Al-Qur'an, 78.